Aktivitas pelaporan data transaksi keuangan di setiap perusahaan tentunya berbeda-beda. Bentuk pengawasan terhadap kecurangan berupa kecurangan atau manipulasi laporan keuangan tidak selalu sama.
Berdasarkan Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), Fraud adalah perbuatan melawan hukum yang disengaja yang dilakukan untuk tujuan tertentu, seperti memanipulasi atau memberikan laporan palsu kepada pihak lain. Kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh individu dari dalam maupun dari luar perusahaan. Tujuannya untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok yang merugikan pihak lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Baca juga: Pentingnya Mengelola Laporan Neraca Dalam Sebuah Perusahaan
Hasil survei dan penelitian ACFE Global menunjukkan bahwa setiap tahun rata-rata 5 persen dari pendapatan organisasi menjadi korban penipuan . Di situs Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), perusahaan swasta bahkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak terlepas dari risiko penipuan . Hal ini terlihat dari kasus korupsi yang melibatkan pejabat BUMN meningkat drastis dalam dua tahun terakhir. Pada akhirnya, pengendalian fraud menjadi tanggung jawab perusahaan.
Dalam rangka penguatan budaya anti fraud di perusahaan, diperlukan beberapa program antara lain penguatan kode etik, peningkatan awareness terhadap aktivitas fraud , sikap pimpinan, dan sosialisasi anti fraud , baik internal maupun eksternal kepada perusahaan.
Tidak hanya itu, untuk mencegah terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan dan mempermudah pengungkapan kegiatan yang terindikasi korupsi, organisasi bisnis juga perlu merancang sistem pengendalian risiko kecurangan yang spesifik. Salah satunya, sebuah lembaga pemerintah merancang 10 atribut rencana pengendalian penipuan . Hal ini merupakan pendalaman dan penguatan sistem tata kelola masing-masing organisasi.
10 Atribut rencana pengendalian penipuan meliputi, kebijakan terintegrasi, struktur tanggung jawab, penilaian risiko penipuan , kepedulian karyawan, dan layanan pelanggan komunitas.
Selain itu, terdapat pula perlindungan pelapor, sistem pelaporan kecurangan , pelaporan eksternal, standar investigasi, serta standar perilaku dan disiplin.
ACFE membagi penipuan menjadi tiga jenis tindakan:
1. Penyalahgunaan aset
Fraud ini didefinisikan sebagai penyalahgunaan atau pencurian aset dan aset perusahaan atau pihak lain yang terkait dengan perusahaan. Ini adalah bentuk penipuan yang paling mudah dideteksi karena terukur.
2. Pernyataan Palsu
Kejahatan ini umumnya dilakukan oleh pejabat atau eksekutif perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya. Caranya dengan memanipulasi data transaksi atau laporan keuangan dalam penyajian laporan keuangan untuk mendapatkan keuntungan.
3. Korupsi
Tindakan ini biasa terjadi di negara-negara yang penegakan hukumnya masih lemah dan tata kelolanya belum baik. Jenis penipuan ini seringkali tidak terdeteksi karena individu bekerja sama untuk menikmati keuntungan. Itu termasuk menyalahgunakan wewenang, penyuapan, penerimaan ilegal, dan eksploitasi ekonomi.
Kasus Penipuan di Perusahaan Raksasa
Sejumlah kasus penipuan terjadi di seluruh dunia sepanjang tahun 2019. Perusahaan raksasa yang dikenal memiliki sistem pengawasan keuangan yang baik ternyata tak lepas dari aktivitas penipuan .
Penipuan Facebook dan Google US $ 122 Juta
Esvaldas Rimasauskas, didakwa melakukan tindak pidana pencurian identitas, penipuan keuangan, dan pencucian uang selama 2013-2015. Pria asal Lithuania itu melakukan penipuan terhadap dua perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat (AS), Facebook dan Google.
Pria berusia 50 tahun itu melakukan penipuan dengan total kerugian US$ 122 juta. Masing-masing dari Facebook US$99 juta dan Google US$23 juta.
Esvaldas meluncurkan aksinya menggunakan metode Business Email Compromise (BEC). Ia mengirimkan tagihan ke kedua perusahaan tersebut menggunakan email dengan identitas Quanta Computer, sebuah perusahaan manufaktur di Taiwan, lengkap dengan dokumen palsu dan surat kontrak.
Facebook dan Google mempercayai tagihan dan mengirim uang. Namun pada tahun 2017 lalu, aksinya terbongkar dan Esvaldas akhirnya divonis.
Penipuan dengan metode BEC disebutkan tidak hanya dialami oleh Facebook dan Google. Berdasarkan data FBI, total kerugian yang dialami perusahaan di seluruh dunia melalui penipuan BEC mencapai US$12,5 miliar. Modus operandinya umumnya membajak email dan mengirimkannya seolah-olah asli dari mitra bisnis perusahaan.
Kasus penipuan yang dialami oleh Facebook dan Google merupakan salah satu contoh penipuan jenis penyalahgunaan jenis Aset .
Poles Laporan Keuangan oleh Garuda Indonesia
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengklaim mencatatkan kinerja keuangan yang gemilang di tahun 2018, dengan laba bersih US$809 ribu atau sekitar Rp 11,33 miliar. Namun, dua komisaris perseroan menolak menandatangani laporan keuangan tersebut karena menduga ada pencatatan transaksi yang ganjil dalam rangka pemolesan laporan keuangan tahunan 2018.
Dua komisaris tidak setuju dengan salah satu transaksi kerjasama dengan PT Mahata Aero Technology, perusahaan rintisan ( startup ) penyedia teknologi wifi on board , yang dibukukan sebagai pendapatan oleh manajemen.
Baca juga: Pengertian Laporan Keuangan dan Komponen Utamanya
Secara kronologis, Mahata menjalin kerja sama langsung dengan PT Citilink Indonesia, anak usaha Garuda Indonesia yang dinilai menguntungkan hingga US$239,9 juta. Dalam kemitraan ini, Mahata berkomitmen untuk menanggung seluruh biaya penyediaan, pemasangan, pengoperasian, dan pemeliharaan peralatan layanan konektivitas.
Pihak Mahata belum membayar sepeser pun dari total kompensasi yang disepakati hingga akhir tahun 2018, namun manajemen masih mencatat laporan tersebut sebagai pendapatan kompensasi atas hak pemasangan peralatan layanan konektivitas dan hiburan dalam penerbangan. Hingga akhirnya, laporan keuangan Garuda Indonesia menorehkan laba bersih.
Namun, itu terdeteksi oleh regulator. Pada akhirnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan teguran tertulis III dan mengenakan denda Rp 250 juta kepada Garuda Indonesia, serta menuntut perusahaan untuk memperbaiki dan menyajikan laporan keuangan.
Tak hanya itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenakan denda masing-masing Rp 100 juta kepada Garuda Indonesia dan seluruh anggota direksi. OJK juga mewajibkan perusahaan mengoreksi dan menyajikan kembali laporan keuangan 2018.
Untuk Kantor Akuntan Publik (KAP), OJK membekukan Surat Tanda Pendaftaran Terdaftar (STTD) selama 1 tahun kepada KAP Kasner Sirumapea. Di sisi lain, Kementerian Keuangan juga menangguhkan izin terhadap AP Kasner Sirumapea selama 12 bulan. Skandal keuangan yang dialami Garuda Indonesia merupakan salah satu contoh dari jenis Fraudlent Statements fraud .
“Sinergi BUMN” Menuju Korupsi
Kecurangan melalui korupsi juga terjadi di dua perusahaan BUMN nasional, yakni PT Angkasa Pura II (Persero) dan PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero).
Kedua perusahaan pelat merah itu memutuskan bekerja sama menggarap proyek pengadaan bagasi ( baggage handling system /BHS) senilai Rp 86 miliar. Dalam prosesnya, Direktur Keuangan AP II diduga menerima suap sebesar 96.700 dolar Singapura dari Direktur Utama PT INTI sebagai hadiah ucapan terima kasih atas proyek tersebut. Dalam prosesnya, transaksi suap dilakukan melalui perantara dari PT INTI, dan diduga terjadi sepengetahuan Direktur Utama AP II.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhirnya menangkap Direktur Keuangan AP II, Direktur Utama PT INTI, dan perantara PT INTI, serta menetapkan mereka sebagai tersangka. Kasus tersebut merupakan contoh penipuan berjenis Korupsi .
Mencermati sejumlah kasus penipuan yang terjadi di perusahaan raksasa, para pelaku bisnis tentunya perlu mencari cara untuk menghindari kasus yang sama. Salah satu contoh pengendalian khusus adalah dengan menggunakan teknologi informasi berupa Automated Fraud Detterence yang dapat menangkal aktivitas fraud.
Salah satu pilihan yang dapat dilakukan untuk membuat laporan keuangan dengan benar dan cepat adalah dengan bantuan software akuntansi seperti Jurnal. Jurnal dapat membantu Anda menjalankan sistem akuntansi perusahaan dengan cepat dan akurat. Anda hanya perlu menginput semua transaksi, Jurnal akan secara otomatis mengolahnya menjadi laporan keuangan. Tidak hanya itu, masih banyak fitur lain yang akan memudahkan pekerjaan tanpa mengabaikan faktor keamanan dalam pencatatan transaksi keuangan.