Pengertian Inventory dalam Akuntansi dan Manfaatnya
Definisi Inventaris
Persediaan adalah item aset yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang untuk dijual. Dapat disimpulkan bahwa Inventory merupakan aset suatu perusahaan yang menempati posisi penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan habis. tertanam dalam persediaan yaitu untuk membeli bahan bangunan.
Berdasarkan pengertian di atas, perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagangan, sedangkan perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan, yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang jadi dan persediaan barang jadi (siap dijual). Dalam laporan keuangan, persediaan sangat penting karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan segera mengakibatkan kesalahan dalam laporan Rugi/Laba atau neraca.
Persediaan adalah bagian utama dari neraca dan seringkali merupakan perkiraan yang bernilai cukup besar yang melibatkan modal kerja yang sangat besar. Tanpa adanya persediaan barang dagangan perusahaan akan menghadapi resiko yang pada suatu saat tidak dapat memenuhi keinginan pelanggannya. Tentu kenyataan ini dapat berakibat buruk bagi perusahaan karena secara tidak langsung perusahaan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya diperoleh.
Persediaan, merupakan aset suatu perusahaan yang menempati posisi penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri (manufaktur). bahan bangunan.
Persediaan adalah item aset yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang untuk dijual.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Terkait: Tujuan dan Penggunaan Informasi Akuntansi
Pengertian Persediaan Menurut Para Ahli
Menurut (1999 standar akuntansi keuangan) definisi persediaan adalah aset:
- Tersedia untuk dijual dalam aktivitas bisnis normal.
- Dalam proses produksi atau dalam perjalanan atau
- Dalam bentuk grafik atau perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi atau dalam memberikan jasa.
Yang dimaksud dengan persediaan dalam hal ini adalah aset yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam jangka waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi atau persediaan tanaman bakau yang menunggu untuk dimiliki. digunakan dalam suatu proses produksi.
Pada prinsipnya persediaan memudahkan atau memperlancar kegiatan operasional perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk menghasilkan barang dan kemudian menyerahkannya kepada pelanggan atau konsumen. Alasan perlunya suplai oleh suatu perusahaan menurut Freddy Rangkuti adalah
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Terkait : 11 Pengertian, Tujuan dan Fungsi Akuntansi Biaya Menurut Para Ahli
Jenis Inventaris
Bahan baku
Barang-barang persediaan milik perusahaan akan diproses kembali melalui proses produksi, sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sesuai dengan kegiatan perusahaan. Besarnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat musiman produksi, keandalan Pemasok dan efisiensi penjadwalan pembelian dan kegiatan produksi.
Barang dalam proses
Merupakan barang yang masih memerlukan proses produksi untuk menjadi barang jadi, sehingga persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh lamanya produksi yaitu waktu yang dibutuhkan dari saat bahan baku masuk ke proses produksi sampai dengan selesainya barang jadi. Perputaran persediaan dapat ditingkatkan dengan memperpendek durasi produksi. Untuk mempersingkat waktu produksi salah satu caranya adalah dengan menyempurnakan teknik engineering, sehingga proses pengolahan dapat dipercepat. Cara lain adalah dengan membeli bahan dan tidak membuatnya sendiri.
Barang jadi
Adalah produk dari proses produksi dalam bentuk akhir sehingga dapat segera dijual, dalam persediaan ini besarnya persediaan barang jadi sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi dan penjualan. Manajer keuangan dapat merangsang peningkatan penjualan dengan mengubah persyaratan kredit atau dengan memberikan kredit untuk risiko kecil (risiko marjinal). Tetapi tidak peduli apakah barang tersebut terdaftar sebagai persediaan atau sebagai piutang, manajer keuangan harus terus membiayainya. Sebenarnya perusahaan lebih memilih untuk menjualnya (dan dicatat sebagai piutang dagang), karena dengan demikian untuk merealisasikan kas hanya satu langkah. Dan potensi keuntungan dapat menutupi risiko tambahan penagihan piutang.
Dari uraian tersebut dapat kita artikan bahwa dalam proses akuntansi persediaan, persediaan memerlukan penilaian, karena persediaan merupakan bagian dari biaya yang akan dicocokkan dengan pendapatan, dan akan menghasilkan laba rugi dan menyajikan laporan arus kas.
Dengan melihat sifat dasar persediaan dalam kaitannya dengan kegiatan perusahaan dan tujuan serta konsep dasar akuntansi, persediaan merupakan nilai masukan. Metode ini merupakan salah satu konsep penilaian persediaan yang akan menjadi dasar penyajian dalam neraca. Penekanan pembahasan tujuan teori akuntansi persediaan, adalah untuk menentukan pedoman alternatif untuk mengevaluasi prosedur yang dapat memberikan penilaian (pengukuran) yang lebih baik dan memberikan informasi yang lebih baik tentang arus kas perusahaan di masa yang akan datang. Beberapa pengukuran persediaan dasar dalam hal tingkat interpretasi dan revaluasi bagi pengambil keputusan investasi.
Klasifikasi Inventaris
Klasifikasi persediaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Menurut PSAK No. 14 (2007)
Istilah persediaan dalam akuntansi dimaksudkan untuk menyatakan sejumlah aset berwujud yang memenuhi kriteria (PSAK: Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia No. 14) yang menyatakan bahwa persediaan adalah aset:
- Tersedia untuk dijual dalam aktivitas bisnis normal.
- Dalam proses produksi dan atau perjalanan atau
- Dalam bentuk bahan (atau perlengkapan) yang akan digunakan dalam proses produksi
Menurut jenis perusahaan
Persediaan diklasifikasikan menurut jenis usaha perusahaan. Dalam perusahaan perdagangan, persediaan adalah aset yang siap dijual kembali dan paling aktif dalam operasi bisnisnya. Sedangkan pada perusahaan manufaktur atau manufaktur, persediaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Adanya perbedaan klasifikasi persediaan antara perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur dikarenakan fungsi dari kedua perusahaan tersebut memang berbeda. Fungsi perusahaan dagang adalah menjual barang yang diperolehnya dalam bentuk yang sudah jadi. Dengan kata lain tidak ada pengolahan jika terjadi pengolahan, pengolahan hanya sebatas pengemasan atau pengemasan agar barang lebih menarik selera konsumen.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Terkait: Akuntansi Keuangan: Pengertian, Fungsi dan Tujuan
Sistem pencatatan persediaan
Untuk dapat menentukan nilai persediaan pada akhir periode dan menentukan harga pokok persediaan selama satu periode, maka sistem persediaan yang digunakan adalah :
- Sistem Periodik (fisik)
Yaitu pada setiap akhir periode dilakukan perhitungan fisik untuk menentukan jumlah persediaan akhir. Perhitungan tersebut meliputi pengukuran dan penimbangan barang pada akhir suatu periode untuk dikalikan dengan tingkat harga/biaya. Perusahaan yang menerapkan sistem periodik umumnya memiliki karakteristik persediaan yang beragam namun nilainya relatif kecil.
Sebagai ilustrasi adalah kios majalah di perkantoran dan pusat perbelanjaan yang menjual berbagai jenis majalah, koran, alat tulis, aksesoris handphone, dan gantungan kunci. Jenis persediaan bervariasi, tetapi nilainya relatif kecil, sehingga tidak efisien harus mencatat setiap transaksi yang nilainya kecil tetapi frekuensi transaksinya tinggi. Namun sebenarnya saat ini alasan tersebut dapat diabaikan dengan adanya teknologi komputer yang memudahkan pencatatan transaksi dengan frekuensi tinggi, misalnya seperti di toko retail.
- Sistem Permanen (Perpetual)
Yaitu pembukuan persediaan secara terus menerus dengan mencatat setiap transaksi persediaan baik pembelian maupun penjualan. Sistem perpetual ini sering digunakan dalam hal persediaan mempunyai nilai yang tinggi untuk menentukan posisi persediaan pada suatu waktu sehingga perusahaan dapat mengatur pemesanan kembali persediaan pada saat mencapai jumlah tertentu. Misalnya persediaan peralatan elektronik rumah tangga (mesin cuci, lemari es, microwave).
Perbedaan antara kedua metode tersebut adalah akun yang digunakan untuk mencatat pembelian persediaan. Pada sistem pencatatan periodik pembelian persediaan dicatat dengan mendebet akun pembelian sehingga pada akhir periode akan dilakukan penyesuaian untuk mencatat harga pokok penjualan dan melaporkan nilai persediaan pada akhir periode.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Terkait: Penjelasan Akuntansi Dari Sudut Pandang Pengguna dan Proses Kegiatan
Penentuan Kuantitas Persediaan
Untuk menentukan jumlah barang yang masih dikuasai perusahaan dalam satu waktu dapat ditentukan dengan beberapa cara, yaitu:
- Stock opname : perhitungan barang pada awal dan akhir periode perhitungan, metode ini merupakan ketentuan yang harus dilakukan manajemen untuk menentukan jumlah persediaan akhir, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh opini wajar tanpa pengecualian.
- Menggunakan metode perekaman abadi.
- Menggunakan kombinasi metode pencatatan perpetual dengan stock opname.
- Menggunakan metode penilaian berdasarkan hubungan agregatif yaitu metode laba kotor dan metode persediaan realisasi.
Penyajian laporan laba rugi dapat dibuat dalam dua bentuk, yaitu konsep pendapatan yang mencakup semua (AICI) dan konsep pendapatan operasi saat ini (COCI). Dari kedua metode tersebut, metode penyajian yang banyak mengandung kelemahan untuk penyajian persediaan adalah AICI, kelemahan tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Metode stock opname atau metode periodik :
Persediaan yang merupakan komponen harga pokok penjualan (CGS), perhitungan jumlah persediaan yang dilakukan dengan stock opname tergantung pada kelengkapan data/catatan dan perhitungan barang. Dengan cara ini, perhitungan persediaan yang dibebankan ke CGS mungkin berlebihan, karena hanya membandingkan dan menghitung jumlah barang yang dimiliki dikurangi dengan persediaan akhir. Sehingga jika ada barang yang hilang, rusak, menguap, terdegradasi, dll, jika hal ini tidak terungkap akan menimbulkan laporan laba rugi yang tidak informatif atau kurang. Karena terdapat kerugian yang seharusnya diperlukan sebagai pos kerugian luar biasa, maka perhitungan stock opname secara berkala tidak cukup sebagai dasar pengambilan keputusan manajerial secara cepat.
Metode perpetual Dalam metode perpetual ini terdapat kelemahan dalam menentukan nilai dan jumlah barang, karena dengan metode pencatatan kontinyu ini berarti saldo persediaan dapat diketahui setiap saat, tetapi perlu diperhatikan bahwa hanya menghitung jumlah barang berdasarkan pada pencatatan akan mengakibatkan nilai persediaan yang terlalu tinggi, karena persediaan yang rusak dll. Oleh karena itu, penentuan jumlah persediaan yang lebih tepat adalah dengan menggunakan kombinasi metode perpetual dengan stock opname.
Metode Agregatif Dalam metode ini kesulitannya sama dengan kesulitan yang dialami oleh metode perpetual, jika dalam hal pembahasan adalah soal penentuan harga persediaan. Dalam metode ini juga lebih tepat untuk menentukan jumlah dan nilai persediaan yang digabungkan dengan stock opname.
Metode Penentuan Nilai Persediaan
Cara yang bisa kita gunakan. Yaitu : 1. Metode FIFO 2. Metode LIFO 3. Metode rata-rata 4. Metode identifikasi khusus.
Metode FIFO (First In First Out) Dalam metode ini, barang yang pertama kali masuk dianggap sudah terjual terlebih dahulu. Jadi harga barang yang tersisa di inventory kami adalah barang yang terakhir dibeli oleh kami.
Metode LIFO (Last In First Out) Metode ini merupakan kebalikan dari metode pertama yang disebutkan di atas. Jadi barang yang pertama kali dijual hanyalah barang yang terakhir dibeli. Dan barang-barang yang masih ada di inventory kami adalah barang-barang yang pertama kali kami beli.
Metode Rata-Rata
Nilai persediaan barang di unit bisnis kami dihitung berdasarkan harga beli rata-rata. Dalam metode ini terdapat dua metode perhitungan yang berbeda.
a) Rata-rata sederhana, Nilai rata-rata ditentukan dari rata-rata harga pembelian barang secara global.
b) Rata-rata tertimbang, ini adalah rata-rata per unit.
Metode identifikasi khusus.
Dalam metode ini penilaian barang sesuai dengan nilai masing-masing jenis barang yang ada. Jadi dalam metode ini setiap barang harus jelas dari mana asalnya dan harga yang didapat saat membeli barang tersebut.
Dasar Penilaian Inventaris
Penilaian persediaan pada prinsipnya ada dua yaitu nilai input dan nilai output, sedangkan kedua konsep tersebut dapat digunakan sesuai dengan siapa pemakai dan tujuannya. Untuk membuat prediksi arus kas di masa yang akan datang lebih relevan menggunakan nilai output, karena akan mencerminkan nilai perusahaan pada saat itu. Sedangkan jika kondisi nilai konversi tidak menentu seperti kondisi di Indonesia pada tahun 1997 lebih relevan jika digunakan nilai input, karena akan memungkinkan interpretasi yang lebih baik sebagai prediksi arus kas masa depan untuk memulihkan persediaan.
- Nilai keluaran
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa persediaan merupakan suatu komponen yang timbul pada berbagai tingkat proses produksi, yang umumnya memerlukan kegiatan nilai ekonomi yang cukup besar, maka metode nilai input lebih tepat. Namun dalam hal penentuan kejadian penting yaitu menentukan kapan persediaan diserahkan kepada pelanggan (menentukan nilai jual), lebih tepat menggunakan metode nilai keluaran, karena memperhitungkan persediaan saat ini. nilai ketika dijual pada saat itu.
Untuk konsep nilai keluaran, ada 3 (tiga) konsep yang dapat digunakan, yaitu:
Konsep Penerimaan Uang Diskon : konsep ini menekankan bahwa persediaan dapat dinilai dengan mendiskontokan arus kas di masa depan, dengan ketentuan:
- Nilai atau tingkat harga stabil dan ada kepastian yang tinggi.
- Waktu penerimaan kas diharapkan dapat memberikan kepastian.
Harga Jual Saat Ini: konsep ini menekankan nilai persediaan berdasarkan harga jual (pasar) sehingga diperlukan harga yang tetap, sehingga untuk konsep ini diperlukan:
- Ada pasar yang terkendali dengan harga yang stabil – tetap.
- Tidak ada komponen biaya tambahan (material) yang besar, seperti biaya bunga atau diskonto dalam pendapatan dari penjualan.
Net Realizable Values: dalam konsep ini perhitungan biaya-biaya yang timbul dari penjualan seperti potongan penjualan harus diperhitungkan dalam nilai penjualan bersih (Net Realizable Values). Kemudian konsep ini adalah konsep nilai keluaran saat ini dikurangi nilai saat ini dari semua biaya tambahan, misalnya biaya penagihan, biaya penjualan.
Sprouse dan Moonitz menyatakan: “… … Persediaan yang siap dijual pada harga yang diketahui dan biaya atau biaya penjualan yang relatif kecil dapat diketahui secara langsung, kemudian persediaan dinilai dengan Nilai Realisasi Bersih”, mereka menyatakan bahwa konsep ini bukan merupakan penyimpangan dari prosedur penilaian biasa tetapi harus dipertimbangkan “…… sejalan dengan tujuan akuntansi utama”.
Nomor buletin 43 menyatakan: “Hanya dalam keadaan khusus, persediaan dapat dinyatakan pada nilai di atas biaya”, dalam buletin ini konsep biaya adalah konsep dasar utama untuk penilaian persediaan. Jadi konsep Sprouse dan Moonitz sesuai dengan konsep harga jual saat ini di atas. Sedangkan konsep buletin no. 43 diperlukan:
- Kemungkinan pemasaran harga yang dikutip langsung.
- Barang dapat ditukar (interchangeability of unit)
- Biaya tambahan dapat dihitung
- Ada unsur kesulitan dalam menentukan penilaian biaya yang tepat.
- Nilai Masukan
Pengukuran persediaan dengan nilai input merupakan pengukuran atas sumber daya yang digunakan untuk memperoleh persediaan pada kondisi saat ini, sehingga untuk persediaan yang tidak memerlukan proses produksi interpretasi nilai persediaan (nilai input) sangat jelas. Karena nilai input disini menggambarkan arus kas yang sebenarnya telah dikeluarkan. Sedangkan jika nilai input berasal dari nilai sumber daya yang digunakan dalam proses produksi, maka akan lebih sulit untuk menentukan nilai input, karena proses penilaian sumber daya ke periode yang relevan dan mengalokasikan sumber daya ke masing-masing departemen. Namun, konsep ini dapat dikurangi tingkat kesulitan penilaiannya dengan menerapkan prosedur alokasi biaya, yang hasilnya akan langsung menjadi model keputusan investasi.
Dengan struktur akuntansi tradisional, perbedaan antara nilai input dan output adalah laba kotor atau margin kotor, sehingga semua metode yang menganut konsep nilai input berarti penangguhan pendapatan dan pengakuan laba bersih nantinya. Keterlambatan ini dapat dibenarkan jika masih ada kegiatan perusahaan yang harus dilakukan untuk penjualan atau karena outputnya tidak dapat diverifikasi.
Konsep nilai input pada dasarnya dinyatakan sebagai biaya historis atau bisa juga biaya saat ini atau biaya standar. Biaya kini di sini menggunakan konsep nilai realisasi bersih dikurangi margin kotor normal dari nilai realisasi bersih. COMWIL: adalah metode penilaian input karena istilah “pasar” pada dasarnya adalah konsep nilai input.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Terkait: Analisis – Pengertian, Contoh, Tahapan, Tujuan, Pakar
Konsep Inventaris
- Biaya historis
Dalam metode biaya historis ini, persediaan diukur berdasarkan pembayaran yang dilakukan di masa lalu atau harus dilakukan di masa depan untuk mendapatkan barang atau jasa. Oleh karena itu, jika pembayaran dilakukan di masa depan, harga persediaan harus didiskontokan untuk mendapatkan biaya sekarang. Menurut konsep ini biaya produksi terdiri dari biaya langsung: material, tenaga kerja langsung dan BOP, sedangkan avails atau tenaga kerja menganggur dapat dihitung sebagai COGS, tergantung pada kebijakan manajemen.
Keuntungan dari konsep ini:
- Persediaan bahan baku dan barang dagangan mencerminkan harga sebenarnya.
- Dalam kondisi harga yang tidak pasti, konsep ini merupakan alternatif yang layak untuk nilai realisasi bersih sebagai alat prediksi.
- Nilai persediaan tidak terpengaruh oleh bias kebijakan manajemen.
- Penilaian dengan biaya memungkinkan akuntabilitas kas dan sumber lain untuk mendapatkan persediaan (bukti silang).
Kelemahan konsep ini:
- Untuk barang persediaan yang cepat usang dan nilai tambah barang tidak dapat disesuaikan.
- Jika ada harga yang berbeda, sulit untuk membandingkan.
- Banyaknya elemen biaya bersama dan metode alokasi membuat sulit untuk menilai persediaan.
- Pencocokan antara pendapatan dan biaya masa lalu tidak tepat.
- Biaya Penggantian Saat Ini
Konsep ini untuk mengurangi kelemahan konsep biaya historis, banyak penulis dan komite prinsip akuntansi merekomendasikan penggunaan konsep CRC untuk mengukur persediaan. Dengan pertimbangan:
- CRC memungkinkan untuk pencocokan antara nilai input saat ini dengan pendapatan saat ini pada hasil operasi saat ini.
- CRC memungkinkan identifikasi keuntungan dan kerugian memegang.
- CRC adalah nilai persediaan saat ini.
- CRC memungkinkan pelaporan laba operasi saat ini dapat digunakan sebagai prediksi arus kas masa depan.
- Nilai Realisasi Bersih Mengurangi normal Markup
Dalam konsep ini, persediaan dinilai dengan konsep nilai realisasi dikurangi dengan margin laba kotor normal, sehingga nilai persediaan adalah nilai perolehan menurut konsep realisasi.
comwil – Penilaian dengan konsep comwil sebenarnya tidak konsisten, dan bukan merupakan penilaian inventaris atas dasar logika menurut teori akuntansi, melainkan lebih menekankan pada unsur konservatisme. Menurut AICPA konsep Comwil adalah metode eklektik yang mencerminkan nilai output dalam hal tertentu dan nilai input pada kesempatan lain. Pengertian pasar disini bisa biaya dan penggantian mana yang bisa lebih murah, padahal menurut buletin AICPA no. 43 juga, bahwa pasar ini terbatas pada nilai tertinggi (plafon) dan terendah (lantai) adalah batas nilai realisasi bersih, sehingga comwil memungkinkan penilaian yang sangat subjektif.
- Biaya standar
Standar saat ini mencerminkan biaya produksi di bawah harga saat ini dan kondisi teknologi dan formula ditentukan setelah melalui perhitungan standar efisiensi yang diinginkan sehingga menyerupai biaya penggantian. Menurut buletin AICPA no. 43: “Biaya standar dapat diterima jika disesuaikan secara berkala untuk mencerminkan kondisi saat ini sehingga pada tanggal neraca biaya standar diestimasi dengan tepat pada perkiraan biaya berdasarkan metode penilaian yang diakui.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Terkait: Akuntansi Aset Adalah – Pengertian, Sifat, Jenis, Metode, Ciri-cirinya
Biaya Termasuk dalam Persediaan
Salah satu masalah terpenting dalam menangani persediaan berkaitan dengan berapa banyak persediaan yang harus dicatat dalam suatu akun. Pembelian (akuisisi) inventaris, seperti aset lainnya, umumnya dihitung berdasarkan biaya.
- Harga pokok produk
(product cost) adalah biaya yang “lengket” dalam persediaan dan dicatat dalam akun persediaan. Biaya ini berkaitan langsung dengan pemindahan barang ke lokasi usaha pembeli dan konversi barang menjadi kondisi siap jual. Pengeluaran tersebut meliputi biaya pengangkutan barang yang dibeli, biaya pembelian langsung lainnya, dan biaya tenaga kerja dan biaya produksi lainnya yang dikeluarkan dalam memproses barang saat dijual. Tetapi karena ada kesulitan praktis dalam mengalokasikan biaya dan pengeluaran, maka tidak termasuk dalam penilaian persediaan.
Beban periode (beban penjualan) dan, dalam kondisi biasa, beban umum dan administrasi tidak dianggap berhubungan langsung dengan perolehan atau produk dan, oleh karena itu, tidak dianggap sebagai bagian dari persediaan. Biaya tersebut disebut biaya periode konseptual, biaya ini adalah biaya produk serta harga pembelian awal dan biaya transportasi. Biaya bunga yang berkaitan dengan penyiapan persediaan agar siap dijual biasanya dibebankan pada saat diterbitkan. Argumen penting untuk pendekatan ini adalah bahwa biaya bunga mewakili biaya pendanaan.
Biaya manufaktur
seperti yang telah dibahas sebelumnya, bisnis yang membuat barang menggunakan persediaan – bahan baku, barang dalam proses, barang jadi. Barang jadi dan barang jadi meliputi bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya overhead pabrik meliputi bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan barang-barang seperti depresiasi, pajak, asuransi, pemanas, dan listrik yang dibutuhkan dalam proses manufaktur.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Terkait: Pengertian Akuntansi Manajemen – Sejarah, Tren, Tujuan, Fungsi, Peran, Perbedaan, Persamaan, Contoh, Pakar
Aliran Biaya Asumsu
Secara konseptual, identifikasi khusus pos-pos yang telah terjual dan barang-barang yang belum terjual secara optimal, tetap saja cara ini seringkali tidak hanya berbahaya tetapi juga mustahil untuk diterapkan. Akibatnya, beberapa asumsi aliran biaya yang sistematis dapat digunakan. Faktanya, arus fisik barang yang sebenarnya dan biaya yang diasumsikan seringkali sangat berbeda. Tidak ada keharusan bahwa asumsi aliran biaya yang digunakan terus konsisten dengan pergerakan fisik barang. Tujuan utama pemilihan asumsi aliran biaya adalah untuk memilih asumsi yang paling mencerminkan pendapatan periodik, sesuai dengan kondisi yang berlaku.
Identifikasi khusus Digunakan dengan mengidentifikasi setiap barang yang dijual dan di pos persediaan. Harga pokok “penjualan” termasuk dalam harga pokok penjualan, sedangkan harga pokok barang yang masih ada dimasukkan ke dalam persediaan. Cara ini hanya dapat digunakan dalam kondisi yang memungkinkan perusahaan untuk memisahkan pembelian yang berbeda yang telah dilakukan secara fisik. Metode ini dapat diterapkan dengan baik dalam situasi yang melibatkan sejumlah kecil barang berharga tinggi dan dapat dibedakan.
Dalam industri ritel ini mencakup beberapa jenis perhiasan, mantel bulu, mobil dan beberapa furnitur. Di bidang manufaktur, termasuk produk khusus dan pesanan dan banyak produk diproduksi sesuai dengan sistem biaya pekerjaan.
biaya rata-rata
Metode biaya rata-rata menghitung harga barang-barang yang terkandung dalam persediaan berdasarkan biaya rata-rata barang yang sama yang tersedia selama suatu periode.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Terkait: Elemen Sistem Akuntansi – Pengertian, Kriteria, Perbedaan, Komponen, Desain
Alasan Kebutuhan Inventaris
- Dibutuhkan waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan untuk memindahkan produk dari satu tingkat proses ke tingkat proses lain yang disebut persediaan dalam proses dan transfer.
- Alasan organisasi untuk mengizinkan suatu unit membuat jadwal operasinya secara bebas independen dari yang lain.
Baca Juga Artikel Terkait : Akuntansi Perpajakan – Pengertian, Fungsi, Sifat, Asas, Hubungan, Tujuan, Ciri, Penghapusan
Biaya Persediaan Manufaktur
Biaya Persediaan Manufaktur dan Dampak Peningkatan Produksi. Biaya persediaan manufaktur terdiri dari tiga komponen:
- Bahan baku atau raw cost material dari bahan dasar yang digunakan untuk membuat produk.
- Tenaga Kerja – biaya tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk menyelesaikan produk jadi.
- Overhead- biaya tidak langsung dalam proses manufaktur, seperti penyusutan peralatan manufaktur, gaji pengawas, dan biaya infrastruktur.
Perusahaan dapat secara akurat mensistematisasikan dua komponen pertama dari desain dan spesifikasi penelitian untuk waktu dan pergerakan proses perakitan. Overhead seringkali merupakan komponen terbesar dan tersulit dari biaya produk yang diukur pada tingkat produk. Total overhead harus dialokasikan ke semua hasil produksi. Umumnya produk yang menggunakan sumber daya paling banyak (yaitu membutuhkan banyak mesin mahal atau menggunakan waktu rekayasa tertinggi) harus dialokasikan sebagian dari biaya overhead. Biaya persediaan untuk perusahaan manufaktur umumnya dipelajari dalam mata kuliah akuntansi manajemen. Tetapi analis perlu menyadari bahwa alokasi biaya overhead bukanlah ilmu pasti dan sangat tergantung pada asumsi yang digunakan.
Analisis juga perlu memahami dampak tingkat produksi terhadap profitabilitas.
Overhead dialokasikan ke semua unit yang diproduksi, dan biaya ini termasuk dalam biaya persediaan, bukan merupakan beban periode berjalan, dan tetap berada di neraca sampai persediaan terjual, pada saat persediaan menjadi harga pokok penjualan pada laporan laba rugi. Jika peningkatan tingkat produksi menyebabkan persediaan akhir meningkat, lebih banyak biaya overhead yang tersisa di neraca dan profitabilitas meningkat. Kemudian, ketika jumlah persediaan berkurang, laporan laba rugi tidak hanya dibebani dengan biaya overhead periode berjalan, tetapi juga biaya overhead periode sebelumnya persediaan tahun berjalan, sehingga laba turun. Oleh karena itu, analis harus menyadari dampak perubahan tingkat produksi terhadap laba yang dilaporkan.
Biaya atau Nilai Pasar
Prinsip akuntansi yang berlaku untuk nilai persediaan adalah menilainya berdasarkan biaya atau nilai pasar, mana yang lebih rendah (lebih rendah dari biaya atau pasar – LOCOM). Penilaian ini secara signifikan dapat mempengaruhi pendapatan saat ini dan nilai persediaan. Aturan LOCOM menyatakan bahwa jika harga pasar persediaan turun di atas biaya persediaan karena alasan apapun termasuk keusangan, kerusakan, perubahan harga – maka nilai persediaan dikurangi untuk mencerminkan kerugian ini. Pengurangan biaya ini secara efektif dibebankan pada pendapatan periode ketika kerugian terjadi. Karena menaikkan biaya ke harga pasar dilarang (kecuali untuk menutupi kerugian sampai kembali ke biaya perolehan awal), penilaian persediaan bersifat konservatif.
Nilai / harga pasar digambarkan sebagai biaya penggantian saat ini melalui pembelian atau reproduksi. Namun, nilai pasar tidak boleh melebihi nilai realisasi bersih atau kurang dari nilai realisasi bersih setelah dikurangi margin keuntungan normal. Nilai pasar atas, atau nilai realisasi bersih, mencerminkan biaya penyelesaian dan pengiriman yang terkait dengan penjualan barang. Batas bawah memastikan bahwa jika nilai persediaan dikurangi dari biaya perolehan awal menjadi nilai pasar, tingkat pengurangan termasuk realisasi laba kotor normal atas penjualan yang dilakukan.
Biaya (cost) adalah biaya persediaan. Biaya ini dihitung dengan salah satu metode biaya persediaan, misalnya FIFO, atau AVERAGE (rata-rata). Analis inventaris kami harus mempertimbangkan dampak aturan LOCOM. Ketika harga naik, aturan ini cenderung melebih-lebihkan persediaan tanpa memperhatikan pilihan metode biaya persediaan. Ini akan menekan rasio lancar.
analisis:
Upaya awal perusahaan Toro untuk menjual peniup salju tidak berhasil. Toro percaya bahwa alat penghapus salju ini merupakan pelengkap dari bisnis mesin pemotong rumputnya, terutama setelah tingkat hujan salju yang begitu tinggi dari level normal dalam beberapa tahun terakhir. Toro bereaksi untuk memproduksi alat penghapus salju seolah-olah salju adalah bisnis yang berkembang dan dapat diandalkan seperti menanam rumput. Tahun ketika alat penghapus salju diperkenalkan, musim dingin menghasilkan lebih sedikit salju dari biasanya, sehingga obor dan pemasoknya memiliki persediaan berlebih. Keuangan beberapa pemasok bahkan sangat tertekan sehingga mereka tidak dapat mendanai pasokan mesin pemotong rumput untuk musim depan.
Baca Juga Artikel Yang Mungkin Terkait: Perbedaan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
Manfaat Ketersediaan
- Menghilangkan resiko keterlambatan kedatangan barang atau material yang dibutuhkan perusahaan.
- Menghilangkan risiko kualitas atau bahan yang dipesan dengan buruk yang harus dikembalikan.
- Antisipasi bahwa bahan diproduksi secara musiman sehingga dapat digunakan jika tidak ada di pasaran.
- Menjaga kegiatan operasional perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi.
- Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
- Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya agar keinginan pelanggan sekaligus dapat terpenuhi dengan memberikan jaminan ketersediaan barang jadi.
- Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan kegunaan atau penjualannya.