
Daftar isi:
Analisis investasi dan manajemen portofolio menjadi dasar pengetahuan dan penting sejalan dengan perkembangan pasar modal Indonesia yang semakin terintegrasi dengan pasar keuangan global. Dalam topik-topik dibahas dengan teori investasi, pembentukan portfolio dan analisis investasi, strategi investasi, instrument derivative dan evaluasi kinerja investasi.
Teori portofolio menyarankan untuk berinvestasi tidak hanya pada satu jenis investasi saja. Namun beberapa jenis investasi. Baik yang sejenis ataupun tidak sejenis.
Tujuannya tentu untuk mengurangi risiko. Apabila satu investasi mengalami kerugian, maka akan ada inevstasi yang lain yang bisa menutupinya. Namun jika keputusan investasi hanya pada satu jenis investasi saja, jika investasi tersebut merugikan, maka habis sudah. Tidak ada yang tersisa, tidak ada yang bisa membackup menutupi kerugiannya.
Ada banyak instrumen investasi yang bisa dipilih dan dikombinasikan. Ada investasi dalam bentuk aktiva (aset) seperti membangun pabrik, ekspansi usaha, membeli properti dan lain lain. Ada pula investasi yang berbentuk aset finansial seperti deposito, sekuritas yang bisa obligasi dan saham atau produk derivatif.
Khusus untuk portofolio aset sekuritas ada jasa manajemen investasi yang mengelola portofolio sekuritas secara kolektif dalam sekelompok investor (nasabah). Dan ada yang disebut dengan reksadana.
Risiko yang bisa tekan dari portofolio adalah risiko non sistematis. Risiko investasi terdiri dari dua macam, Risiko sistematis dan risiko non sistematis.
Risiko sistematis (systematic risk) adalah risiko yang umumnya berasal dari luar perusahaan, bersifat makro. Berdampak pada semua perusahaan yang ada dipasar. Risiko ini cenderung lebih sulit untuk dihindari.
Contohnya risiko pasar, risiko finansial, risiko politik, risiko bunga dan risiko nilai tukar yang fluktuatif. Perubahan politik misalnya, bisa mempengaruhi performa saham perusahaan. Dan itu tidak bisa dikendalikan oleh perusahaan.
Contoh kasus: Berita kenaikan tarif cukai rokok. Efeknya: harga saham perusahaan rokok bisa melemah. Padahal perusahaan rokok tidak melakukan apa apa. Keputusan politis bisa mempengaruhi harga saham.
Risiko non sistematis (unsystematic risk) risiko yang diakibatkan oleh perubahan yang terjadi pada mikro perusahaan tertentu. Hanya mempengaruhi perusahaan tersebut, tidak semua perusahaan bisa terdampak. Risiko non sistematis bisa diusahakan ditekan dengan portofolio.
Jadi portofolio hanya mengurangi risiko, bukan menghilangkan risiko. Risiko tetap ada, namun bisa ditekan.
Semakin banyak jenis investasi yang dipilih, semakin kecil risiko investasi yang mengancam. Tapi yang perlu diingat, banyaknya portofolio yang berlebih juga bisa berdampak buruk. Portofolio yang gemuk atau berlebih akan menyebabkan biaya-biaya yang berlebih pula, maka keuntungan akan berkurang karena banyaknya biaya yang dikeluarkan. Maka ada batasan batasan dalam menyusun portofolio investasi.
Pembentukan Portofolio
Untuk melakukan diversifikasi investasi dalam bentuk portofolio, tidak bisa langsung menanamkan invstasi kebeberapa instrumen investasi yang berbeda beda.
Namun ada beberapa hal hal yang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu agar instrumen investasi yang akan dijadikan portofolio menghasilkan return yang maksimal. Tidak merugikan. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan portofolio seperti:
- Modal (Capital)
- Tujuan (Objective)
- Waktu
- Profil Risiko
1. Modal (Capital)
Seberapa besar modal untuk investas yang dimiliki?
Besar kecilnya modal yang dimiliki berpengaruh terhadap portofolio investasi yang akan diambil. Semakin kecil modal maka semakin kecil pula kesempatan untuk melakukan diversifikasi investasi. Akan ada batasan batasan dalam pembentukan portofolio menyesuaikan dana yang ada.
2. Tujuan (Objective)
Apa tujuan melakukan investasi? Apa tujuannya membeli properti ? apa tujuannya membeli saham? apa tujuannya membeli obligasi? dan instrumen investasi yang lain. Tujuan yang berbeda akan menghasilkan portofolio yang berbeda pula
Tujuan yang ingin mendapatkan yield investasi tentu akan berbeda struktur portofolionya dengan yang bertujuan ingin mendapatkan capital gain.
3. Waktu
Waktu, seberapa cepat keuntungan investasi yang akan diperoleh juga turut diperhitungkan. Apakah investasi berorientasi jangka panjang atau jangka pendek.
4. Profil Risiko
Profil risiko berkaitan dengan karakter investor. Pemilihan portofolio biasanya menyesuaikan degan preferensi profil dari investor. Secara umum, setidaknya ada 3 jenis karakter investor dalam berinvestasi. Ada tipe investor konservatif, moderat dan agresif.
Investor konservatif umumnya akan memilih instrumen investasi yang secara fundamental kondisinya bagus. Cenderung main aman dengan menghidar dari risiko. Tidak terlalu menyukai kondisi yang fluktuatif. Tipe konservatif umumnya akan berinvestasi dalam instrumen investasi yang memiliki pengembalian jangka panjang.
Investor moderat adalah investor yang mempunyai toleransi terhadap risiko yang lebih tinggi asalkan keuntungan yang diperoleh sepadan dengan risikonya. Tipe moderat cenderung mengambil risiko investasi yang sedang.
Sedangkan investor tipe agresif lebih suka tantangan. Cenderung aktif berspekulasi tentang investasi yang berisiko tinggi.
Dengan mengetahui karakter investor, maka portofolio yang dibangun akan berorientasi pada kepentingan investor itu sendiri. Sesuai dengan yang dikehendaki.